Jumat, 02 Oktober 2015

Manajemen Logistik Dipuskesmas

Manajemen Logistik di puskesmas
Dalam upaya membuat pemberian pelayanan kesehatan makin merata dan bermutu, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dasar sangat diperlukan. Sampai dengan akhir tahun 2005 telah tersedia 7.550 Puskesmas, sekitar 22.000 Puskesmas Pembantu, dan 6.132 Puskesmas Keliling. Hampir seluruh Kabupaten/Kota telah memiliki Rumah Sakit, baik milik pemerintah maupun swasta. Meskipun demikian, banyak golongan masyarakat terutama penduduk miskin belum sepenuhnya dapat mengakses pelayanan kesehatan karena kendala biaya, jarak dan transportasi. Namun tidak dapat dipungkiri, peran Puskesmas sangatlah penting dan strategis sebagai Pelayanan kesehatan ujung tombak di Indonesia. Oleh karenanya dibutuhkan pengeloalaan yang professional dan menyeluruh.

Namun pada kenyataanya puskesmas masih memiliki kelemahan. Dapat dilihat, Penyakit infeksi menular masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol. Sejalan dengan ini, penyakit degeneratif mulai menunjukkan kecenderungan meningkat. Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang masih belum mendukung pola hidup bersih dan sehat. Angka kesakitan masih cukup tinggi, terutama pada anak-anak dan pada usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada perempuan. Pola penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, tuberkulosis paru, malaria, diare dan infeksi saluran pernafasan tetap tinggi. Beberapa penyakit degeneratif seperti jantung dan hipertensi, juga cenderung menunjukkan peningkatan. Selain itu muncul penyakit baru (emerging diseases) yang berpotensi menjadi pandemi yaitu flu burung. Dalam rangka penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular, berbagai upaya perlu terus ditingkatkan antara lain melalui peningkatan cakupan imunisasi, meningkatkan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, serta upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan pengendalian vektor.
Status gizi masyarakat yang rendah juga tetap harus menjadi fokus perhatian. Selain prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yang tinggi, berbagai masalah gizi utama lain yaitu anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kurang zat gizi mikro lainnya perlu ditingkatkan upaya pencegahan dan penanggulangannya. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30 persen, bahkan di 4 propinsi yaitu Gorontalo, NTB, NTT, dan Papua, diatas 40 persen. Kasus gizi buruk terus terjadi, terutama pada penduduk miskin. Masalah gizi lainnya terutama diderita oleh golongan rawan seperti ibu hamil, bayi dan anak balita dari keluargamiskin.
Masalah ini telah banyak mendapat perhatian pemerintah melalui berbagai programnya. Namun pada tataran teknis, tetap yang memegang peranan penting adalah puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan esensial. Aspek penyangga yang tak kalah penting dan sering bermasalah di internal puskesmas adalah masalah manajemen logistik. Karena logistic memegang peranan yang cukup besar, diantaranya adalah untuk memastikan persediaan logistic yang ada demi kelancaran fungsi pelayanan untuk masyarakat. Oleh karenanya diperlukan adanya suatu pengamatan mengenai pelaksanaan manajemen logistic sebagai salah satu pilar penyangga pelaksanaan fungsi puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan kuratif, promotif , preventif, dan rehabilitatif.
Bukti dari semua itu adalah masalah obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Ketersediaan dan keterjangkauan obat esensial untuk pelayanan kesehatan masih menjadi masalah tak berujung di bidang kesehatan. Di sisi lain meningkatnya ketersediaan obat generik esensial diharapkan dapat mendorong pemakaian obat generik esensial oleh masyarakat umum terutama bagi kelompok miskin, karena lebih terjangkau oleh masyarakat dengan syarat pengelolaan yang baik. Upaya ini akan bersinergi dengan upaya peningkatan akses serta prasarana pelayanan kesehatan dasar terkait dengan manajemen logistik. Dengan sinergitas ini, masyarakat diharapkan akan lebih mudah dalam menjangkau fasilitas kesehatan, mendapatkan pelayanan yang bermutu, dan harga obat yang terjangkau.
Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan adanya pengamatan mengenai manajemen logistik di puskesmas.
II.1ManajemenLogistik
II.1.1Pengertian
Kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk mencapai daya guna (efisiensi) yang optimal di dalam memanfaatkan barang dan jasa. Logistik modern dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang-jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan(movement) dan penyimpanan (storage) yang strategis.

II.1.2Tujuan
Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.

II.1.3 Siklus Logistik
§ Perencanaan merupakan proses menetapkan sasaran, pedoman dan dasar ukuran untuk penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan
§ Pengadaan merupakan proses pemenuhan kebutuhan barang atau jasa dengan kualitas yang terbaik dan harga yang minimal
§ Penyimpanan adalah penyelenggaraan pengurusan barang agar pada saat diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat.
§ Pendistribusian adalah proses dimana dilakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari tempat penyimpanan ke tempat pemakai (user).
§ Penghapusan adalah penelitian barang dan pelaksanaan penghapusan sehingga barangtersebut dihapuskan dari tata usaha material.
§ Pengendalian adalah tindakan yang memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencanayang ditentukan dengan menggunakan umapn balik untuk meyakinkan bahwa tujuan tercapai.

II. 2 Puskesmas
II.2.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Trihono dalam buku “Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat” pengertian puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dengan rincian masing-masing sebagai berikut :
1. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksanan tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannnya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.


Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif adalah memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberatasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Tujuan Manajemen Logistik Obat
Tujuan Manajemen Logistik Obat di Puskesmas ialah terlaksananya pelayanan obat kepada masyarakat secara rasional dan menyeluruh.


II.3.3 Siklus Manajemen Logistik Obat
Siklus atau ruang lingkup pelaksanaan Manajemen logistik Puskesmas ialah:
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah:
a. Menghindari kekosongan obat
b. Menghindari pengumpulan obat
c. Menentukan anggaran
d. Tersedia jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
e. MT, Penggunaan obat secara rasional
f. MT, Pelayanan yang tepay mutu dan tepat waktu kepada masyarakat.
Kegiatan-kegiatan perencanaan tersebut meliputi:
a. Pemilihan jenis obat, dipertimbang:
- standar pengobat, berdasarkan pola penyakit
- karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, dan sebagainya)
- kegiatan program puskesmas yang akan datang.
b. Perhitungan, ialah perkiraan kebutuhan dan rencana pengadaan. Kegiatan perhitungan dapat dilakukan dengan mengetahui data tentang:
- stok awal dan sisa stok
- penerimaan, pengelompokkan
- pemakai, rata-rata per bulan
- stok kosong
- stok pengaman
- Lead Time

2. Pengadaan atau Permintaan
Tujuan pengadaan logistik di Puskesmas agar obat yang dibutuhkan untuk puskesmas dapat terjamin.
Kegiatan pengadaan meliputi:
a. Pengadaan Rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun dan disepakati oleh GFK
b. Pengadaan khusus, dilakukan di luar jadwal rutin yang disebabkan karena kebutuhan yang meningkat dan atau kekosongan


3. Penerimaan
Tujuan penerimaan ialah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas penerima melakukan fungsi pengecekkan yaitu memeriksa apakah jumlah obat, bentuk obat, jumlah kemasan dan jenis obat sesuai dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Penerimaan Obat (LPLO). Apabila barang yang diterima tidak memenuhi syarat, pihak puskesmas mengajukan keberatan. Apabila barabg yang diterima jumlahnya masih kuran dan atau rusak, petugas harus menulis jenis barang yang kurang atau rusak.


4. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat yang diterima aman (tidak hilang), terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah pengaturan atau administrasi. Terdapat dua sistem penyimpanan, yaitu:
1) Single Basket (Single Bin) à satu kantong persediaan

2) Double Basket à persediaan dan cadangan memiliki tempat yang berbeda.

5. Distribusi
6. Pencatatan dan Pelaporan

Metode penggabungan ven dan abc
Meskipun ada banyak berbicara tentang pabrik farmasi, dan perusahaan terkemuka yang memasok negara di dunia dengan berbagai obat dan obat-obatan bila diperlukan, ada banyak kurang diucapkan tentang garis depan obat-obatan. Ini datang dalam bentuk manajemen farmasi.
Proses manajemen farmasi memastikan bahwa obat yang aman, efektif dan berkualitas selalu tersedia saat dibutuhkan dalam berbagai pengaturan perawatan kesehatan. Sebuah contoh yang baik dari kebutuhan untuk sistem manajemen farmasi yang kuat terlihat di negara-negara dunia ketiga yang mengandalkan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT), untuk mengatasi penyakit seperti malaria. Sebagai kontrak farmasi perusahaan terus memproduksi Artemisinin adalah volume besar, manajemen farmasi akan melihat bahwa obat yang tepat sampai ke orang daripada membutuhkannya pada waktu yang tepat.
Manfaat Manajemen Farmasi Efisien
  Manajemen farmasi akan memastikan bahwa ada ketersediaan diandalkan obat-obatan dan obat-obatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Ini akan menguntungkan konsumen, tidak hanya dari sikap kesehatan, tetapi juga dengan memastikan masyarakat pelayanan kesehatan kepercayaan dan memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk menyediakan mereka dengan bantuan yang mereka butuhkan.
Ada juga peran besar untuk bermain untuk manajemen farmasi dalam mempromosikan efisiensi biaya. Manufaktur farmasi mahal dan manajemen yang tepat diperlukan untuk memastikan pemborosan dikendalikan untuk meminimalkan biaya. Dengan menyediakan obat-obatan dan obat-obatan dalam volume yang tepat, pemborosan berkurang, sehingga menghemat uang perusahaan farmasi. Selain manajemen farmasi ini juga harus mempromosikan penggunaan obat yang rasional. Hal ini dicapai dengan memilih obat yang benar dan obat-obatan, mendistribusikan secara efisien di daerah yang benar, dan resep mereka dengan benar. Dengan melakukan ini, pasien dapat menerima pengobatan yang tepat untuk gejala mereka.
Fleksibilitas adalah keuntungan lain. Hal ini penting untuk dapat merespon berbagai perubahan dalam program pengobatan dan memastikan bahwa obat yang benar diberikan setiap saat. Hal ini terutama berlaku dalam hal daerah dengan tingkat penyakit yang tinggi, di mana lingkungan untuk perubahan pengobatan secara konsisten.
Dengan memastikan obat yang diproduksi oleh produsen farmasi ditangani dengan benar dan didistribusikan kepada orang daripada membutuhkannya, manajemen farmasi yang baik dapat menyebabkan perbaikan umum massal dalam sistem perawatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Sistem manajemen yang digunakan tidak berbasis berpenyakit, bukan sistem berdasarkan. Ini berarti bahwa strategi yang baik dapat direplikasi di daerah lain dan digunakan untuk membantu penderita di negara-negara di mana penyakit lainnya merajalela. Afrika adalah benua yang memiliki banyak penyakit yang berbeda mempengaruhi populasi negara yang berbeda. Sebuah sistem manajemen farmasi yang digunakan untuk efek yang baik untuk mengobati penderita malaria di Uganda dan Kenya, dan menirukan untuk memberikan obat yang diperlukan untuk membantu korban HIV / AIDS di negara-negara miskin lainnya seperti Nigeria dan Afrika Selatan.
Ada banyak kepentingan memakai manufaktur farmasi, tapi tanpa keahlian manajemen farmasi dan distribusi yang tepat dari obat-obatan, industri tidak akan pernah bisa berfungsi sebagai efektif seperti halnya.

. METODE ABC
Definisi
Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilaidari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yangdisebut kelompok A, B dan C.
  1. Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory.
  2. Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total nilai inventory.
  3. Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapimempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory (Suciati, 200).
Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbedaantara perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008).Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolansecara ketat, dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok Cmempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan (Maimun,2008).
Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secararapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit atau tidak ada sama sekali sehingga tidak ada dalam penyimpanan. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya. Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring dan persediaan dapat dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan obat.Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory, penjualan dan sebagainya. Dalam organisasi penjualan, analisis ini dapat memberikaninformasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue terbesar bagi perusahaan. Pihak manajemen dapat meneruskan konsentrasi terhadap produk ini,sambil mencari strategi untuk mendongkrak penjualan kelompok B (Maimun, 2008).

Prosedur analisis ABC
Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalanfarmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaranterbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :
  1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satumetode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yangdiperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-jenis/katagori, dan jumlahkan biaya per jenis/ katagori perbekalan farmasi.
  2. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalanfarmasi terhadap anggaran total.
  3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan prosentase biaya paling banyak.
  4. Hitung prosentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya.
  5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total.
  6. Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 70%
  7. Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 20%
  8. Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 10%
(DepKes RI, 2008).


Cara Perhitungan analisis ABC :
1)      Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan caramengalikan jumlah obat dengan harga obat.
2)      Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3)      Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4)      Hitung kumulasi persennya.
5)      Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.
6)      Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.
7)      Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%                                                                                       (DepKes RI, 2008).
Tahapan-tahapan dalam analisis ABC dengan menggunakan program Microsoftexcel adalah sebagai berikut :
a.       Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya
b.      Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
c.       Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
d.      Hitung persentase harga dari masing-masing item.
e.       Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
f.       Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
g.      Tentukan klasifikasinya A, B atau C (Maimun, 2008).
Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
  1. Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien
  2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost benefit yang besar bagi perusahaan
  3. Dapat memanfaatkan modal kerja (workingcapital) sebaik-baiknya sehingga  dapat memacu pertumbuhan perusahaan
  4. Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi
2. Metode VEN
Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun, 2008) :
  1. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk  jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
  2. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh obatyang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotic, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain.
  3. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakanuntuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalanfarmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namuntidak mempunyai kelebihan manfaat disbanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan :
  1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.
  2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat
  3. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan VEN. Dlm penentuan kriteria perlu mempertimbangkan kebutuhan masing-masing spesialisasi.
Langkah-langkah menentukan VEN.
  1. Menyusun kriteria menentukan VEN
  2. Menyediakan data pola penyakit
  3. Standar pengobatan
3. KOMBINASI ABC DAN VEN
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yangdiperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus Edan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N harusnyamasuk dalam kategori C (Maimun, 2008).
Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang adatidak sesuai kebutuhan.
Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
  1. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi ataudihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan xobat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yangtersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
  2. Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NAdimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun, 2008).


1 komentar: